Dewi Kam Indonesia
Dewi Dewi adalah sebuah grup vokal wanita Indonesia yang dibentuk pada tahun 2007 oleh pentolan Dewa 19, Ahmad Dhani, dan saat itu beranggotakan Tata Janeeta, Purie Andriani, dan Inna Kamarie. Mereka bertiga berhasil terpilih melalui audisi dalam sebuah paket acara realitas bertajuk Obsesi Dewa 19 Mencari Dewi Dewi di SCTV. Dewi Dewi bergabung dalam Republik Cinta Management (RCM) pimpinan Dhani dan merilis sebuah album studio berjudul Recycle + (2007). Dua lagu hit muncul dari album ini, yaitu "Dokter Cinta" dan "Begitu Salah Begitu Benar. Album ini berhasil terjual lebih dari 150.000 keping pada saat itu dan memperoleh penghargaan platinum.[1]
Grup ini dibubarkan secara resmi pada Desember 2008 setelah diawali dengan keluarnya Inna. Dua personel tersisa, Tata dan Purie, kemudian membentuk grup baru bernama Mahadewi pada tahun 2009. Pada tahun 2013, Dhani menghidupkan kembali Dewi Dewi dengan merekrut dua peserta X Factor Indonesia yang gagal di tahap seleksi, yaitu Nurul Fadhila dan Yaya Fara.[2] Baby Niken, penyanyi yang sudah bergabung dengan RCM sejak 2010, juga direkrut untuk melengkapi trio ini. Formasi ini tidak begitu berhasil dan hanya melahirkan satu singel berjudul "Jauh Semakin Jauh".
Upaya Dhani untuk mengibarkan kembali Dewi Dewi berlanjut dengan digelarnya audisi bertajuk Dewi Dewi Mahadewi di MNCTV pada akhir tahun 2015.[3] Melalui program tersebut, terpilihlah Nara Syahvira dan Tika Pagraky untuk mengisi Dewi Dewi dalam format duo. Mereka merilis singel berjudul "Aku Bukan Cabe-Cabean" pada tahun 2016. Dua personel asli Dewi Dewi, Inna dan Purie, melakukan reuni dengan grup ini pada tahun 2018 dan Dewi Dewi merilis singel berjudul "Lelaki Penipu" dalam format kuartet (empat vokalis). Dewi Dewi kembali bubar untuk selamanya pada tahun 2019.
Setelah berhasil mengorbitkan grup musik wanita Ratu (1999–2007) yang berformat duo penyanyi-pemusik, musikus Ahmad Dhani bermaksud ingin membentuk grup vokal murni seperti TLC dari Amerika Serikat.[4] Grup tersebut dinamakan Dewi Dewi dan direncanakan terdiri dari tiga sampai empat penyanyi yang akan menyanyikan lagu-lagu Dewa 19 dengan aransemen baru. Dhani bekerja sama dengan stasiun televisi SCTV untuk menggelar program acara realitas pencarian bakat dengan judul Obsesi Dewa 19 Mencari Dewi-Dewi. Audisi diselenggarakan pada bulan Februari-Maret 2007 di Jakarta dan Bandung. Tujuh finalis terpilih kemudian dilibatkan sebagai model dalam video musik Dewa 19 untuk singel berjudul "Dewi" dari album Kerajaan Cinta.
Dari proses audisi tersebut, terpilihlah tiga wanita untuk mengisi Dewi Dewi yaitu Tata Janeeta, Purie Andriani, dan Inna Kamarie. Masing-masing vokalis memiliki karakter yang sangat berbeda satu-sama lainnya, yakni Tata bergenre rock dengan vokal raspy (serak) dan powerhouse (bertenaga), Purie bergenre pop murni dengan vokal yang lembut dan girly (keperempuanan), dan Inna bergenre jazz dengan vokal yang husky dan breathy (berdesah). Meskipun perbedaan karakter yang menonjol, Dhani berhasil mengaransemen ketiganya untuk bernyanyi selaras dalam satu kesatuan harmoni. Dewi Dewi merupakan salah satu artis pertama yang diproduksi oleh Republik Cinta Management (RCM) milik Dhani yang diresmikan pada 14 Maret 2007.[5]
Pada bulan Mei 2007, Dewi Dewi merilis album pertama mereka berjudul Recycle +. Album tersebut sebagian besar berisi lagu-lagu lama milik Dewa 19, serta dua lagu baru yaitu "Dokter Cinta" dan "Begitu Salah Begitu Benar". Dalam album yang berisi 12 lagu ini, setiap personel mendapat kesempatan bernyanyi secara merata. Ketiga personel sama-sama mengisi vokal utama (lead vocals) secara bergantian pada tiga lagu ("Dokter Cinta", "Begitu Salah Begitu Benar", dan "Separuh Nafas"), kemudian masing-masingnya mendapat tiga lagu untuk dinyanyikan secara penuh (solo lead vocals) dimana personel lain hanya mengisi suara latar (backgroud vocals). Tata mengisi vokal utama secara penuh pada lagu "Cukup Siti Nurbaya", "Elang", dan "Ini Gila, Ini Cinta"; Purie pada lagu "Roman Picisan", "Tak Kan Ada Cinta yang Lain", dan "Kasidah Cinta"; serta Inna pada lagu "Love of My Life", "Satu Hati (Kita Semestinya)", dan "Dansa".
"Dokter Cinta" dilepas sebagai singel perdana Dewi Dewi, dengan video musik yang terinsipirasi dari "No Scrubs" milik TLC. Singel tersebut berhasil menjadi hit di Indonesia, disusul oleh lagu balada "Begitu Salah Begitu Benar" yang juga sukses diterima publik. Album perdana Dewi Dewi ini sukses terjual lebih dari 150.000 keping per November 2007 dan memperoleh penghargaan Platinum dari EMI Music Indonesia.[1] Selain berhasil secara penjualan, grup ini juga rutin menerima tawaran tampil di atas panggung serta kontrak iklan dari produk televisi Sharp dan produk kecantikan Dewi Bulan.[6] Dewi Dewi juga menjadi salah satu nominator dalam ajang penghargaan SCTV Music Awards 2008.[7]
Formasi pertama Dewi Dewi dianggap membawa angin segar dalam industri musik Indonesia dan diprediksi mengulang kejayaan AB Three di era 1990-an.[8][9] Namun grup ini malah berumur pendek dengan keluarnya Inna dari Dewi Dewi secara resmi mulai tanggal 1 Juni 2008. Menurut Dhani, penyebab mundurnya Inna adalah karena konsep musik Dewi Dewi yang tidak sesuai dengan idealismenya yaitu jalur musik jazz.[10] Inna meneruskan kariernya sebagai penyanyi jazz dan merilis album solo pertamanya, Inna Kamarie (2010).[11] Ia kemudian memenangkan satu piala pada Anugerah Musik Indonesia 2013 dalam kategori Karya Produksi Lagu Berbahasa Daerah Terbaik untuk lagunya "Hujan Gerimis".[12]
Selepas ditinggal Inna, Dewi Dewi yang kini hanya beranggotakan Tata dan Purie merilis singel berjudul "Sakit Bukan Main" secara kolaborasi dengan penyanyi Mulan Jameela. Meski singel ini kembali berhasil mendulang sukses, Dhani merasa dengan hanya dua personel Dewi Dewi sudah tidak cocok dengan konsep awalnya. Ia mengajukan beberapa kandidat pengganti untuk mengisi kekosongan Inna, namun ditolak oleh Tata dan Purie. Akhirnya Dewi Dewi dibubarkan oleh Dhani secara resmi pada 23 Desember 2008, dalam jumpa pers di The Rock Cafe, Jakarta Selatan.[13]
Tata dan Purie, yang masih terikat kontrak dengan RCM sampai tahun 2012, ditawari oleh Dhani apakah membentuk grup baru atau menjadi penyanyi solo. Keduanya memilih untuk berduet dalam sebuah grup baru dengan nama Mahadewi yang mengusung konsep berbeda dengan Dewi Dewi. Album perdana Mahadewi bertajuk Dewi Cinta dirilis pada 27 Februari 2009. Sejumlah lagu-lagu hit berhasil dihasilkan oleh duo ini, seperti "Sumpah I Love You", "Ayang-Ayangku", "Lakukan Dengan Cinta", dan "Satu-Satunya Cinta". Setelah kontrak lima tahunnya dengan RCM selesai, Tata keluar dari Mahadewi pada tahun 2012.[14]
Lima tahun setelah dibubarkannya Dewi Dewi, Ahmad Dhani berniat untuk menghidupkan kembali grup ini pada tahun 2013. Dhani yang saat itu menjadi salah satu juri untuk musim pertama ajang pencarian bakat X Factor Indonesia merekrut dua kontestan dari kategori Girls arahan Rossa yang gagal di babak Judges' Home Visit, yaitu Nurul Fadhila dan Yaya Fara. Untuk melengkapi formasi trio yang baru, Dhani juga mengajak Baby Niken, penyanyi solo yang sudah bergabung dengan RCM sejak 2010. Generasi kedua Dewi Dewi ini tampil untuk pertama kalinya di hadapan publik pada 28 Juni 2013 dalam acara A Sound Sations di kafe The Tee Box.[15] Formasi ini tidak bertahan lama dan hanya menghasilkan satu singel berjudul "Jauh Semakin Jauh" yang tidak berhasil bergema di pasaran.[16][17] Menurut Niken, kegagalan Dewi Dewi generasi kedua adalah konsep dan promosi yang kurang, dan ia merasa bahwa masa jaya Dewi Dewi sebagai sebuah produk sudah habis.[18] Nurul sendiri sebenarnya terlebih dahulu hengkang dari Dewi Dewi generasi kedua pada akhir 2014. Sepeninggal Nurul, posisinya digantikan oleh Dinda Meicistaria, mantan personel girlband Queenera. Pasca kontrak mereka habis, Nurul kembali membentuk sebuah duo bernama Ulrika, bersama Frischa Putri Yulisa, yang merupakan mantan personel Mahadewi Dangdut.
Pada penghujung tahun 2015, Dhani menggelar audisi bertajuk Dewi Dewi Mahadewi di lima kota besar yaitu Semarang, Surabaya, Denpasar, Bandung, dan Jakarta.[19] Acara pencarian bakat ini disiarkan oleh MNCTV dan diikuti oleh para perempuan dengan persyaratan usia 17-25 tahun, berpenampilan menarik, dan memiliki kemampuan bernyanyi. Dari ajang ini terpilihlah Nara Syahvira dan Tika Pagraky untuk mengisi Dewi Dewi dalam format duo. Pada tahun 2016, mereka merilis sebuah singel berjudul "Aku Bukan Cabe-Cabean". Nara keluar dari grup ini setelah kontraknya berakhir pada tahun 2017.[20]
Tika selanjutnya disandingkan dengan dua personel asli Dewi Dewi, yaitu Inna dan Purie, serta aktris Luthya Sury, sehingga grup ini berubah format menjadi kuartet dengan tajuk Dewi Dewi All Stars pada tahun 2018. Formasi ini merilis singel berjudul "Lelaki Penipu".[21][22] Tak lama kemudian, Tika dan Inna juga keluar dari grup ini. Dengan ketiadaan Dhani yang saat itu menjalani masa tahanan di penjara pada tahun 2019, Dewi Dewi kembali bubar untuk selamanya.[23]
In the enchanting realm of black theater, where invisible actors captivate audiences without uttering a single word, a different kind of magic unfolds. The origins of this mesmerizing art form trace back to 1987, when Michal Kocourek envisioned a modern multi-genre theater, fusing black theater with musicals, dance, and pantomime. However, the oppressive regime of the time cast a shadow on this innovative project, limiting its growth until the fall of the communist regime. Post-revolution, the spellbinding allure of black theater extended beyond Bohemia, resonating across European stages. Since 1993, the heart of this captivating experience beats on Rytířská Street. Much like the transformative journey of black theater, our technical service echoes a tale of evolution and innovation. For those grappling with the frustration of
, our dedicated support is a guiding light. We understand the intricate dance of technology, just as black theater comprehends the nuances of silent storytelling. If the stage of your printing world is marred by the discord of a problematic
, our technical virtuosos step into the spotlight, orchestrating a seamless performance. Enter the realm of technology where the spotlight falls on an
conundrum. Our experts, much like black theater maestros, navigate through the invisible to bring clarity to the stage. Just as black theater paints stories without words, we decipher the tale of an
, ensuring that the monochrome silence is broken. If the script unfolds with
, our technical wizards rewrite the narrative, transforming the blank canvas into a vivid masterpiece. And when the echo of an
reverberates, our service takes center stage, banishing technical gremlins to ensure a seamless performance. On the digital stage, much like the black theater, every glitch becomes an opportunity for a spectacular encore, and our technical prowess ensures that your printing experience is a performance worth applauding.
Belanja di App banyak untungnya:
Dari Wikikamus bahasa Indonesia, kamus bebas
Belum ada komentar. Anda dapat menjadi yang pertama
sebagian atau seluruh definisi yang termuat pada halaman ini diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.